Perekonomian Inggris Nyaris Menghindari Resesi, Data Statistik Nasional Tunjukkan Pertumbuhan Nol

- Jumat, 10 Februari 2023 | 16:49 WIB
Ilustrasi perekonomian Inggris
Ilustrasi perekonomian Inggris

Djakarta Nexus - Kantor Data Statistik Nasional menunjukkan ekonomi Inggris alami pertumubuhan nol selama tiga bulan terakhir tahun 2022. Ekonom memperkirakan pertumbuhan nol untuk kuartal keempat tahun ini.

Bulan Desember merupakan bulan kelam bagi perekonomian Inggris karena bulan ini ditandai dengan pemogokan kereta api secara masif dan cuaca buruk, tetapi data PDB bulanan untuk Desember menunjukkan kontraksi 0,5% lebih besar dari perkiraan 0,3%.

"ekonomi telah mengalami kontraksi tajam pada bulan Desember yang berarti, secara keseluruhan, tidak ada pertumbuhan ekonomi selama tiga bulan terakhir pada tahun 2022, kata ahli statistik," Darren Morgan yang dikutip oleh djakartanexus.com dari reuters.com pada, Jumat, 10/02/2023.

Baca Juga: Kenangan Presiden Jokowi dengan Insan Pers dan Kontroversi Hari Pers Nasional Indonesia

Bank of England atau BoE memprediksi Inggris akan memasuki resesi dangkal tetapi panjang, tanda itu terlihat pada kuartal pertama tahun ini dan berlangsung selama lima kuartal.

Ukuran hidup Inggris telah terpukul oleh lonjakan inflasi, yang mencapai level tertinggi dalam 41 tahu terakhir sebasar 11,1% pada Oktober, dan perusahaan dan rumah tangga juga akan merasakan dampak yang semakin meningkat dari kenaikan suku bunga BoE yang cepat sejak Desember 2021.

Baca Juga: Muhaimin Iskandar dan Airlangga Hartarto Akan Bertemu untuk Bahas Koalisi Politik dan Pemilu 2024

Menteri Keuangan Jeremy Hunt mengatakan bahwa data-data tersebut menunjukkan perekonomian Inggris lebih tangguh daripada yang diperkirakan, tetapi belum sepenuhnya lepas dari jerat bahaya.

"Kita belum keluar dari hutan, terutama dalam hal inflasi," tegasnya.

"Jika kita tetap berpegang pada rencanan kita untuk mengurangi separuh inflasi tahun ini, kita bisa yakin memiliki prospek pertumbuhan yang paling baik dibandingkan negara-negara lain di Eropa."***

Editor: Lisia Christina Djauhari

Sumber: reuters.com

Tags

Artikel Terkait

Terkini

Terpopuler

X