Djakarta Nexus - Menjelang bulan puasa yang bisa dikatakan sudah tinggal menghitung hari, banyak umat muslim yang mulai mempersiapkan diri untuk bisa melakukan bulan puasa dengan lebih sempurna lagi. Ada yang sudah mulai mengejar untuk membayar puasa yang bolong dari sebelumnya. Ada juga yang mulai memperbanyak ibadahnya untuk lebih mendekatkan hati kepada sang pencipta.
Di Indonesia, banyak tradisi yang terdapat di masyarakat yang dilakukan dalam rangka menyambut bulan puasa. Bisa dikatakan bahwa tradisi tersebut merupakan tata cara masyarakat di Indonesia dalam rangka mempersiapkan diri menyambut bulan puasa. Dari berbagai sumber telah disarikan dalam daftar berikut ini.
1. tradisi Nyekar Kubur (Ziarah)
Sejak abad ke 5 kita tahu bersama bahwa kawasan Pelabuhan Sunda Kelapa sudah dikenal sebagai kawasan internasional. Saat itu Pelabuhan Sunda Kelapa sudah terjadi interaksi antar etnik maupun bangsa. Oleh karena itu tidak heran bagi kita bila keragaman yang terdapat dalam budaya Betawi tidak dapat dipisahkan daripada pengaruh budaya lain.
Masyarakat Jakarta biasanya selalu mengunjungi makam kerabat mereka yang telah meninggal bila bulan Ramadhan mendekat. Biasanya mereka mendoakan kerabat atau orang yang mereka cintai agar diampuni segala dosa-dosanya.
2. tradisi Ruwahan
Aktifitas ini biasanya dilakukan oleh banyak masyarakat Betawi, dimana bahwa mereka percaya bahwa menjelang bulan puasa, para arwah leluhur datang menyambangi rumah untuk menengok keluarga mereka. Karena hal tersebut, maka pihak keluarganya mengadakan acara Ruwahan, atau mengundang sanak famili, tetangga dan ustad/kyai untuk melakukan selamatan, mendoakan kerabat dan sanak famili yang telah wafat agar diampuni segala dosa-dosanya semasa hidupnya dan dapat ditempatkan di tempat yang sebaik-baiknya.
3. tradisi Nisfu Syaban
tradisi ini biasanya dilakukan di pertengahan bulan Syaban, dimana anggota masyarakat Betawi akan beramai-ramai mendatangi Mushola menjelang maghrib, atau dapat pula ke masjid ataupun rumah yang melakukan pengajian, untuk melakukan tahlilan dan membaca surat Yaasin secara berulang-ulang. Adapun tujuannya adalah agar mereka mendapatkan berkah dan kemudahan dalam menjalankan ibadah puasa. Selain itu biasanya mereka juga akan meletakan botol-botol air minum pada saat pengajian, dengan maksud melambangkan air berkah.
Baca Juga: Cara Baru Dalam Pencegahan Terhadap Gigi Berlubang Berdasarkan Penemuan Penelitian Terbaru
4. tradisi Mandi Merang
Menjelang bulan puasa, ada juga sebagian masyarakat Betawi yang berkumpul di sekitar kali Ciliwung untuk mandi bersama, atau yang lebih dikenal dengan mandi merang. Tentu saja ini bukan benar-benar arti mandi secara harafiah, karena biasanya pesertanya menggunakan kain. Acara siraman tersebut biasanya dengan menggunakan merang, atau batang padi yang dibakar, dengan cara merendamnya lalu menggosokkan ke seluruh tubuh, mulai dari rambut sampai ke mata kaki. Tujuan melakukan siraman ini adalah bukan hanya untuk membersihkan badan, namun juga adalah untuk membersihkan hati.
5. tradisi Munggahan